Selasa, 28 Juli 2009

Bahasaku Sayang Bahasaku Malang

sungguh sebenarnya saya tidak ingin mengeluh. dunia sudah begitu tua untuk dikeluhi.tapi apa dikata, justru karena tua,maka semakin banyak keluhan.

kenapa saya ingin berdiskusi tentang bahasa.sebagai guru SMP, empat tahun ini saya dipusingkan dengan bahasa-bahasa murid-murid saya.atas nama bahasa gaul, tutur dan gaya berbahasa menjadi jauh dari pakem.

sebenarnya, keluhan saya ini adalah bukan hal yang baru.bisa dibilang topik yang sudah sangat basi.kalaupun kali ini menjadi topik curhat, karena memang perasaan ini sudah begitu jenuh dengan carut marut bahasa.

bukannya bermaksud berlebihan,suka atau tidak, sengaja atau tidak, saya sering bersilang maksud jika berkirim pesan singkat lewat telepon selular.bahasa yang aneh-aneh membuat saya sering kurang mengerti.

katakanlah saya bodoh, kurang gaul atau apalah.tapi begitulah realitanya.bila dipfikir-fikir, parmasalahan ini cukup menimbulkan kerugian.coba bayangkan,bila kita kurang jelas dengan maksud si pengirim pesan singkat, maka kita akan kirim pesan singkat lagi, meminta untuk diperjelas.otomatis itu menambah biaya pulsa.jangan dilihat nominal biayanya.tpi bayangkan jika ada 100.000 pesan konfirmasi, nominalnya sudah melebihi jumah bantuan langsung tunai dari pemerintah ( dengan rata-rata tarif pesan singkat seharga 150/pesan).bila kita sedang dalam situasi yang repot,dan tergesa-gesa, akan membutuhkan waktu yang cukup lama untuk memahami baris demi baris kalimat.hal ini akan berlaku bagi orang yang begitu menghargai menit-demi menit dalam hidupnya.

kerugian lain, semakin sering kita mengulang pesan yang kita kurang jelas, otomatis menambah kinerja telepon seluler yang berdampak semakin mempercepat kemampuan baterai berkurang.baterai habis, lalu akan memboroskan listrik karena akan lebih sering mengisi ulang.secara tidak langsung akan memboroskan bahan bakar dan akan berkoneksi dengan isu pemanasan global.

baiklah,katakanlah saya ikut-ikutan ilmuwan yang parno dengan pemanasan global.atau saya mungkin kurang kerjaan.atau saya ingin terlihat betapa cerdasnya saya (hehehehe).yang jelas, tulisan ini adalah curahan hati, betapa memprihatinkan bahasa kita saat ini.pembelajaran bahasa indonesia di sekolah pun belum banyak menolong.barangkali kalau boleh beropini, saat ini yang perlu ditanamkan sejak bayi dalam kandungan adalah Nasionalisme.bukan musik klasik untuk mencerdaskan otak, bukan susu formula untuk ibu hamil dan sebaginya.

PESAN BUNG KARNO
maka oleh karena itu aku pesan kepadamu, bagaimanapun juga cintailah negara ini dan junjunglah tinggi nama negara ini. sebab negara ini bukan hasil daripada perjuangan 1 atau 2 hari, bukan hasil perjuangan yang enteng,tidak, tetapi dengan pengorbanan, perngorbanan, sekali lagi pengorbanan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar